Nur Muhammad

Nur Muhammad
Cahaya kesempurnaan kekasih Allah Subhanahu wa Ta'ala

Minggu, 23 Oktober 2011

BAKAT DAN SIFAT RASULULLAH SAW




At-Turmidzy meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah, bahwa bila Nabi sedang berbicara, maka semua sahabat yg berada di sekelilingnya tenang sambil menundukkan kepala, seolah-olah kepala mereka sedang dihinggapi burung.
Memang sahabat Nabi tidak dapat memandang wajah beliau dengan tajam, karena keagungan dan wibawanya. Yang dapat menceritakan dan

menggambarkan sifat dan rupa beliau adalah mereka yg masih kecil atau yg berada di bawah asuhannya sebelum masa kenabian. Seperti Hindun binti Abi Halah dan Imam ‘Ali R.a.

Karena keagungan dan kewibaanya itulah, maka siapa pun yang duduk mendampinginya, akan berdebar hatinya. Terpengaruh oleh kewibawaan yg memancar dari pribadi agung itu. Oleh sebab itu beliau selalu bersikap ramah dan lemah lembut, sekadar menenangkan dan menenteramkan hati mereka.
Qiblah binti Makhramah bercerita: “Aku pernah melihat Rasulullah duduk dengan tenangnya. Tiba-tiba rasa takut menyelinap dalam hatiku, aku pun menggigil Kemudian terdengar suara orang berkata, Ya Rasulullah kasihan benar wanita itu. Ia menggigil takut dengan engkau. Maka beliau tampak melihatku, karena aku berada di belakang punggungnya. Lantas beliau berkata “kasihan benar engkau, tenangkanlah hatimu ” Setelah kudengar suara itu segera lenyap rasa takut dalam hatiku.
Abi Mas’ud Al Badry, menceritakan apa yg pernah dialaminya. Ia mengisahkan ” Ketika aku sedang menghajar seorang budakku, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang. Mulanya tidak kupedulikan, karena amarahku sedang meluap. Ternyata Rasulullah yg kulihat, maka cemeti yg kupegang jatuh ke tanah, dan beliau berkata kepadaku: “Demi Allah, Tuhan dapat berbuat kepada dirimu, lebih dari apa yg engkau lakukan sekarang “. Maka dengan suara tersendat-sendat aku berkata “Ya Rasulullah, demi Allah saya tidak akan menghajar lagi budakku sesudah ini.”
Pancaran nurani yg menghias keindahan dan keagungan Nabi, sebagaimana tersebut pada sifat dan gambaran wajahnya, itu pun dalam arti yg hakiki. Cahaya beliau adalah cahaya yg pertama kali diciptakan oleh Allah.
Sebagaimana yg diriwayatkan Hadist Jabir. Menurut Azzarqany, Hadis itu juga diriwayatkan oleh An-Naihaqi dan tidak bertentangan dengan Hadist riwayat At-Turmidzy, bahwa mahluk pertama yg diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam. Sebab antara keduanya dapat disesuaikan pengertiannya. Hadits Jabir yg meriwayatkan bahwa Nur Muhammad adalah yang pertama kali di ciptakan oleh Allah. Berarti bahwa Allah yang menjadikan segala macam cahaya. Menciptakan Nur Muhammad sebelum menciptakan cahaya yang lain.
Hadits yang dapat memperkuat tentang Nur Muhammad ini adalah seperti yang di riwayatkan oleh Ali bin Husain dan ayahnya Ali bin Abi Thalib, bahwa Nabi bersabda, “Dahulu aku ini cahaya di hadapan Tuhanku” Hadits ini di riwayatkan oleh Ibnul Qathaan, seorang ahli ilmu hadits yg sangat terkenal cermat dalam meniliti riwayat sanad hadits.
Firman Allah, Artinya.” Sesungguhnya telah datang kepadamu (Muhammad) cahaya dari Allah dan kitab yg menerangkan.”(QS. Al Maidah:15) Sebagian ulama’ menafsirkan cahaya dalam ayat ini adalah Muhammad. Demikian dalam tafsir at Thabary, Ibnu Abi Hatim dan Al Qurthubi mengutip tafsir Qatadah.
Di samping itu, cukup banyak riwayat sehubungan dengan kelahiran Nabi. Ibundanya melihat pancaran cahaya. Sehingga di bawah sorotannya dapat melihat secara jelas bangunan-bangunan yg berada di negara Syam.
Di tambah lagi dengan hadits riwayat At Thabrany “Kami melihat cahaya memancar dari padanya.”

Dalam hadits riwayat Ibnu ‘Abbas, ” Bila Rasulullah berbicara ada cahaya bersinar dari arah mulutnya.” (Riwayat At Tirmidzi)

Demikian juga Ibnu Abi Hallah menurut riwayat At Tirmidzì yang lain dalam menceritakan sifat-sifat Nabi, bahwa “Beliau di liputi oleh sinar cahaya.”
‘Aisyah mengisahkan,

“Aku sedang duduk bersama Nabi SAW yg tengah memperbaiki sandalnya. Kulihat keringat beliau membasahi keningnya. Keringat itu berkilauan. Akupun heran tercengang. Lalu Nabi berkata kepada ku, ‘Mengapa engkau tercengang Hai ‘Aisyah?’ Dan ‘Aisyah menjawab, ‘Karena kening engkau yg berkeringat menyinarkan cahaya.’ ”

Memang ada sementara orang yg memahami arti Nur Muhammad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah cahaya. Sehingga mereka membayangkan seolah-olah beliau itu seperti pelita yg menyorotkan cahaya. Padahal Nabi jauh lebih muliau dan agung dari anggapan yang demikian. Adakalanya memang cahaya dalam arti yang hakiki tampak terlihat dari padanya. Seperti cahaya yg memancar dari benda yg bersinar. Namun hal itu tak selalu terjadi. Hanya dalam batasan mu’jizat beliau. Bahkan hal serupa pernah terjadi pada diri sementara Sahabat Nabi SAW.
Al Bukhari meriwayatkan, yg memperoleh gelar (Dzinnu) atau yg memiliki cahaya, karena ketika datang kepada Rasulullah SAW. Ia meminta agar di ìzinkan berdakwah dì tengah-tengah suku kabilahnya yg masih kafir. Ia meminta pula agar kepadanya di beri sekedar tanda dan bukti akan kebenaran ajaran yang akan di sampaikan nya di percaya. Kemudian Rasulullah mendoakan, ya allah berikanlah kepadanya sinar cahaya. maka bersinarlah cahaya di antara kedua matanya. ia tampak belum puas, lalu berkata. ya rasulullah saya merasa khawatir mereka akan berkata, itu hanya penyakit semata. maka cahaya itu pindah ke ujung tongkatnya menjadi pelita penerang baginya dalam kegelapan malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar